Perkembangan teknologi pemetaan sekarang sangat pesat. Salah satu teknologi tersebut yaitu teknologi penginderaan jauh (inderaja) yang semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Penginderaan jauh sendiri merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Keifer, 1994). Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit.
Salah satu satelit yang digunakan untuk melakukan penginderaan jauh yaitu satelit ALOS. ALOS singkatan dari Advanced
Land Observing Satellite adalah satelit
multimisi milik Jepang yang merupakan satelit generasi lanjutan dari JERS-1 dan
ADEOS yang dilengkapi dengan teknologi yang lebih maju. Satelit ALOS telah berhasil
diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006, mempunyai 5 misi utama yaitu,
kartografi, pengamatan regional, pemantauan bencana alam, penelitian sumber
daya alam, dan pengembangan teknologi. Untuk dapat mencapai misi utama, ALOS
dilengkapi dengan tiga buah sensor penginderaan jauh dan subsistem pendukung
misi, yaitu PRISM, AVNIR-2 dan PALSAR.
Gambar. Komponen Satelit ALOS
PRISM
Gambar. Komponen PRISM
PRISM (The panchromatic Remote Sensing
Instrument for Stereo Mapping)
adalah sensor untuk merekam citra optis pankromatik pada panjang gelombang
0.52–0.77 μm dan mempunyai resolusi spasial 2.5 m. Sensor ini mempunyai 3
teleskop untuk merekam citra stereo dari arah depan (Forward),
arah tegak lurus (Nadir) dan arah belakang (Backward) searah dengan orbit satelit (along
track). Kombinasi citra stereo tersebut dapat
digunakan untuk menghasilkan DEM dengan akurasi yang cukup untuk memetakan
permukaan bumi dalam skala 1:25.000 atau lebih kecil. Pembuatan model stereo
ini dapat dilakukan dengan kombinasi sudut pandang tertentu, diantaranya
backward-forward, backward-nadir, nadir-forward, backward-nadir-forward. Teleskop
pada arah tegak lurus dapat merekam citra dengan lebar 70 Km, sedangkan arah
depan dan arah belakang merekam dengan lebar sebesar 35 Km. Sudut yang dibentuk
teleskop arah depan dan arah belakang terhadap arah tegak lurus adalah 24º, ini
bertujuan untuk menghasilkan data stereo dengan rasio lebar/tinggi (base to height ratio)
yang mendekati nilai 1 (Julzarika et all, 2008). Prism hanya memiliki satu
band, yaitu pankromatik. Band red,
green, blue bisa dibuat dari manipulasi panjang
gelombang pada band pankromatik.
DSM merupakan model permukaan digital dengan referensi permukaan
objek terhadap Mean Sea Level (MSL) 18,61 tahun (Li et all, 2005). DEM merupakan model permukaan
digital yang mempunyai referensi terhadap ellipsoid. DTM merupakan model
permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap koordinat toposentrik dan telah
dilakukan koreksi unsur-unsur geodetis terhadap model tersebut. DGM merupakan model
permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap geoid/rata-rata ekuipotensial
yang berimpit dengan MSL.
Gambar.
Citra Satelit ALOS PRISM - Gunung Fuji
AVNIR-2
Gambar. Komponen AVNIR-2
AVNIR-2
merupakan suksesor dari AVNIR yang diluncurkan tahun 1996 silam, dimana AVNIR-2
ini merupakan usaha untuk meningkatkan resolusi spasial citra satelit dari
resolusi spasial 16 meter hasil dari perekaman AVNIR menjadi 10 meter hasil
dari perekaman AVNIR-2. AVNIR-2 memiliki 4 band, dimana band tersebut meliputi band red,
green, blue, infrered. Band pankromatik dapat dibuat dari
manipulasi panjang gelombang red,
green, dan blue. Avnir-2 memiliki kelebihan pada band 4 (infrared),
dimana band ini dapat digunakan untuk penentuan indeks vegetasi pada tutupan
lahan, seperti NDVI. Hasil indeks vegetasi dengan Avnir-2 jauh lebih akurat
dibanding NDVI dari Landsat ETM+, Landsat TM maupun Modis.
Gambar. Citra Satelit AVNIR-2
Citra Avnir-2 bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:20.000 atau
lebih kecil. Selain untuk aplikasi indeks vegetasi, Avnir-2 bisa digunakan
untuk penajaman citra. Misal, penajaman Avnir-2 dengan Prism. Avnir-2 sudah
dalam kondisi RGB atau berwarna, akan tetapi memiliki resolusi spasial 10
meter. Prism memiliki resolusi spasial 2,5 meter, akan tetapi belum dalam kondisi
RGB. Kemudian dilakukan penajaman citra antara Prism terhadap Avnir-2 (image
fusion). Ada berbagai jenis metode yang bisa digunakan dan sudah banyak
tersedia di perangkat lunak penginderaan jauh. Hasil dari penajaman citra
tersebut adalah citra dalam bentuk RGB dengan resolusi spasial 2,5 meter.
Gambar. Image Fusion Avnir-2 dan PRISM – St.
Petersburg
PALSAR
Gambar. Komponen PALSAR
Citra ini memiliki resolusi spasial 15 meter dan memiliki
polarisasi HH dan HV, HH, atau hanya HV. Polarisasi ini berguna untuk pembuatan
band red, green, dan blue. Selain itu juga berguna untuk interferometri dalam pembuatan
DSM, aplikasi tegakan pohon, dan lain-lain. Palsar memiliki kelebihan bebas
dari efek awan serta dapat membedakan dengan jelas antara objek air dan objek
non air (Widjajanti and Sutanta, 2006). Selain itu, Palsar memiliki keunikan
dalam proses klasifikasi yaitu menggunakan unsur bentuk dan pola.
Palsar dapat digunakan untuk penghilangan efek awan pada data
optik. Penghilangan efek awan tersebut dapat menggunakan toleransi <3σ
(Julzarika dan Hawariyah, 2008). Standar deviasi pada objek awan data optik dan
data radar dicari hubungan korelasinya secara geo-statistikal. Kemudian objek
awan pada data optik digantikan dengan objek non awan pada data radar dan ukuran
piksel radar disesuaikan dengan ukuran piksel data optis yang digantikan
tersebut.
Palsar dapat digunakan pada pemetaan skala 1:30.000 atau lebih
kecil. Selain untuk penghilangan efek awan, Palsar dapat digunakan untuk
pembuatan DSM. Penggunaan RAW data Palsar, data lapangan, dan citra resolusi
spasial lebih tinggi dalam pembuatan Palsar ortho dimaksudkan agar penyebaran
titik merata dan terlihat jelas pada citra Alos sehingga perambatan kesalahan
tidak acak akan lebih kecil (Julzarika, 2008). Pembuatan DSM tersebut menggunakan
interferometri. DSM yang dihasilkan akan lebih baik jika sudah dalam kondisi ortho
dan akurasi vertikal akan lebih baik lagi jika terdapat dua Palsar ortho yang
bertampalan (Julzarika and Sudarsono, 2009). Akurasi vertikal pada wilayah yang
tidak bertampalan sekitar 6-7 meter sedangkan pada area bertampalan meningkat
menjadi 4,5-5,5 meter.
Gambar. DSM PALSAR – Nangroe Aceh Darussalam
Dengan karakteristik tersebut peranan citra ALOS untuk pemetaan yaitu
pembuatan peta jalur evakuasi tsunami, pemantauan gunung api, pembuatan aliran
hidrologi, perubahan garis pantai, batas wilayah dan maritim, rencana tata
ruang kota, manajemen wilayah pesisir, peta tutupan lahan, rencana tata ruang
wilayah, perubahan geomorfologi, pemetaan kelembaban tanah, dll.
Sumber:
http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS/en/about/prism.htm
http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS/en/about/avnir2.htm
http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS/en/about/palsar.htm
Arsana, I.M.A. and Julzarika, A., 2006. Liscad: Surveying &
Engineering Software. Leica GeoSystem. Jakarta. Indonesia.
Julzarika, A., 2007, Analisa
Perubahan Koordinat Akibat Proses Perubahan Format Tampilan Peta pada Pembuatan
Sistem Informasi Geografis Berbasis Internet,
Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM, Yogyakarta.
Julzarika, A. et all. 2008. Teknik
Penurunan Digital Surface Model (DSM) dari citra satelit ALOS menjadi Digital
Elevation Model (DEM). MAPIN. Bandung.
Julzarika, A. and Sudarsono, B., 2009. Penurunan Model Permukaan Dijital (DSM) menjadi Model
Elevasi Dijital (DEM) dari Citra Satelit ALOS Palsar. Jurnal Teknik UNIDIP. Semarang.
Julzarika, A. and Hawariyyah, S., 2009. Teknik Penajaman dan Penghilangan Efek Awan. GeoSARNas. Bogor.
Li, Z., Zhu, Q., and Gold, C., 2005. Digital Terrain Modeling Principles and Methodology. CRC Press. Florida. USA.
Widjajanti, N.,dan Sutanta, H. 2006: Model Permukaan Digital, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Teknik,
Universtas Gadjah Mada, Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar